
Sumber gambar, ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Kasus positif virus corona di Indonesia bertambah 2.090 dalam 24 jam terakhir pada Sabtu (22/08), membuat jumlah total sejauh ini menjadi 151.498 kasus, menurut data Satgas Penanganan Covid-19.
Data pada hari Sabtu juga menunjukkan terjadi penambahan 94 angka kematian.
Setidaknya 6.594 orang telah meninggal dunia akibat infeksi virus corona di Indonesia, yang mencatat angka kematian tertinggi di Asia Tenggara.
Secara global, angka kasus positif telah mencapai 22,9 juta kasus, dengan angka kematian mencapai lebih dari 799.000, menurut data dari Johns Hopkins University.
Kasus terbanyak ada di Amerika Serikat, Brasil dan India.
Setelah memperlihatkan tren penurunan, terjadi lagi peningkatan kasus di Jerman, Prancis dan Spanyol.
Seperti apa gejala serta penyebaran penyakit ini dan bagaimana upaya penyembuhannya?
BBC Indonesia merangkum penjelasan dokter di seputar wabah Covid-19.
Bagaimana gejala Covid-19

Sumber gambar, Reuters
Gejala virus corona dimulai dengan batuk kering dan diikuti dengan gangguan pernafasan.
Batuk ini adalah batuk yang terus menerus selama lebih dari satu jam, atau mengalami batuk rejan selama tiga kali dalam periode 24 jam.
Biasanya lima hari secara rata-rata bagi orang untuk menunjukkan gejala, kata para ilmuwan, namun bagi sebagian orang gejalanya lebih lambat terjadi.
Organisasi Kesehatan Dunia, WHO mengatakan masa inkubasi sampai sekitar 14 hari.

Sumber gambar, Reuters
Pemerintah Inggris kini telah menambahkan kehilangan daya penciuman atau rasa ke dalam daftar gejala Covid-19 setelah menerima masukan dari para ahli.
Selama beberapa pekan, para dokter spesialis Telinga, Hidung, Tenggorokan di Inggris mengatakan mereka melaporkan keluhan dari berbagai pasien Covid-19 yang merasa kehilangan daya penciuman dan perasa.
“Mereka kini yakin bahwa mendorong orang-orang yang hilang daya penciuman atau perasa untuk mengisolasi diri akan menambah sedikit kasus dan membantu pengendalian penyebaran virus,” ujar juru bicara perdana menteri Inggris.
Bagaimana penyebarannya?

Sumber gambar, Antara
Dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Diah Handayani menjelaskan bahwa 2019-nCoV adalah virus yang menyerang sistem pernafasan manusia.
Bedanya dengan virus lain, ujar Diah, virus corona ini memiliki virulensi atau kemampuan yang tinggi untuk menyebabkan penyakit yang fatal.
Menurut Diah, virus ini berbahaya jika telah masuk dan merusak fungsi paru-paru, atau dikenal dengan sebutan pneumonia, yaitu infeksi atau peradangan akut di jaringan paru yang disebabkan oleh virus dan berbagai mikroorganisme lain, seperti bakteri, parasit, jamur, dan lainnya.
“Pertukaran oksigen tidak bisa terjadi sehingga orang mengalami kegagalan pernafasan. Itulah mengapa virus ini berat karena bukan lagi hanya menyebabkan flu atau influensa tapi dia menyebabkan Pneumonia,” kata Diah saat dihubungi BBC Indonesia.
Diah melanjutkan proses penyebaran virus ini melalui udara yang terinhalasi atau terhirup lewat hidung dan mulut sehingga masuk dalam saluran pernafasan.
Virus ini masuk melalui saluran nafas atas, lalu ke tenggorokan hingga paru-paru.
“Sebenarnya belum 100 persen. Tapi dilihat dari sekian ratus kasus yang dipelajari, dan sifat dasar virus, maka inkubasi virus ini dua sampai 14 hari. Itu mengapa kita mewaspadai periode dua minggu itu,” kata Diah.
Gejala virus corona: Batuk, flu, demam hingga sesak napas

Sumber gambar, Reuters
Dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Paru Indonesia itu menjelaskan virus corona 2019-nCoV memiliki gejala yang sama dengan infeksi virus pernafasan lainnya.
Diah mengatakan gejala ringan yaitu flu disertai batuk. Kemudian, jika memberat, akan menyebabkan demam dan infeksi radang tenggorokan.

Kemudian jika masuk ke saluran nafas, kata Diah akan menyebabkan bronkitis.
“Yang berat ketika semakin jauh infeksi ke saluran nafas bawah, itu Pneumonia lengkap. Selain itu, bisa juga disertai gejala infeksi virus ke organ lain, yaitu diare,” katanya.
Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan bahwa selain gejala umum, seperti demam, batuk, dan letih, pengidap Covid-19 bisa merasakan:
- sakit dan nyeri
- tenggorokan sakit
- mata merah
- kehilangan daya penciuman dan rasa
- ruam pada kulit, atau pudarnya warna kulit pada jari tangan atau kaki


Apakah virus corona bisa disembuhkan?

Sumber gambar, EPA
Dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Paru Indonesia itu menegaskan bahwa semua virus corona, termasuk virus corona 2019-nCoV belum ada obatnya.
Diah menambahkan, walaupun virus ini memiliki risiko kematian, namun angkanya masih rendah dibandingkan orang yang terjangkit dan kemudian sembuh.
“Tapi bisa (disembuhkan), terbukti yang sakit sudah ribuan tapi yang meninggal kan sedikit. Jadi dia tetap sebuah virus yang bisa disembuhkan,” katanya.
Jadi, kata Diah, proses pengobatan yang dilakukan adalah terapi pendukung dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh.
“Boleh obat flu biasa kalau masih ringan, kalau demam diberi obat anti demam,” katanya.
Diah menegaskan, beberapa korban meninggal umumnya tidak hanya semata disebabkan oleh 2019-nCoV, namun juga dipengaruhi faktor kerentanan seperti usia yang sudah tua sehingga daya tahan tubuh lemah dan juga penyakin lain yang sudah ada.
Bagaimana penanganannya jika terkena virus corona?

Sumber gambar, EPA
Diah menjelaskan prosedur yang dilakukan terhadap pasien terduga mengidap virus corona adalah dengan menempatkannya dalam ruang isolasi. Tujuannya, katanya, agar penularan ke orang lain dapat dicegah.
Jika terduga masih menunjukkan gejala awal, kata Diah, maka pasien akan mendapatkan obat demam, batuk dan flu, disertai dukungan makanan yang sehat agar meningkatkan daya tahan tubuh dalam melawan virus tersebut.

Jika, gejalanya hilang dan hasil telah negatif, ujar Diah, pasien kemudian akan dipulangkan. Pemeriksaan pembuktian pun kata Diah dapat dilakukan dengan cepat.
“Tapi kalau pasien sudah pneumonia, dan biasanya demam tinggi maka diinfus karena butuh cairan banyak, dan diberikan obat lainnya tergantung derajatnya,” kata Diah.
“Kemudian, kalau benar-benar sembuh, batuk dan semua gejala hilang, kita pantau, terus kita pulangkan. Tidak perlu khawatir (menular) karena berarti badannya telah sukses melawan virus dengan sendirinya. Jadi tidak menular lagi,” ujar Diah.
Cara mencegah: jalani pola hidup sehat dan etika batuk

Sumber gambar, Reuters
Diah menjelaskan terdapat beberapa cara untuk mencegah tertular virus corona ini.
Pertama adalah dengan menjalani pola hidup yang sehat dengan cara memberikan asupan makan yang sehat dan sempurna.

Sumber gambar, WHO
Lalu, katanya, istirahat cukup dan mengimbau perokok untuk berhenti merokok.
“Berada di cuaca sekarang ini (hujan), kita tidak perlu terlalu lama di keramaian,” katanya.
Kemudian, kata Diah adalah selalu cuci tangan usai ke tempat umum atau menyentuh alat-alat publik karena berpotensi mengandung virus yang disentuh oleh pengidap virus corona.
Tidak lupa juga, kata Diah, untuk menggunakan masker saat di ruang publik.
“Lalu bagi yang sakit flu dan batuk, tanamkan etika batuk. Jadi ketika batuk ditutup dengan tisu. Lalu jangan meludah sembarangan, buang dahak sembarangan, juga hindari kerumunan dan lekas periksa ke dokter. Itu tips kita.” katanya.
Apakah Indonesia memiliki fasilitas memadai?

Sumber gambar, ANTARA FOTO/NOVRIAN ARBI
Diah mengatakan Indonesia memiliki kemampuan dari kapasitas pencegahan dan pengendalian, hingga diagnosis virus dan terapi penanganan.
“Ada tiga RS, yaitu RS Persahabatan, Sulianti Saroso dan RSPAD. Semua memiliki kemampuan bahkan saat pasien mengalami kondisi pneumonia, ada alat-alat. Jadi kapasitas pelayanan kesehatan kita siap,” katanya.
Katanya, fasilitas kesehatan telah memadai untuk melakukan terapi pendukung bagi korban terinfeksi virus corona.
“Dari pintu masuk penyaringan dengan thermo scanner, lalu evakuasi jika terindikasi dan isolasi. Jadi fasilitas kesehatan di Indonesia mampu,” ujarnya.
Pada Jumat. 20 Maret 2020, pemerintah Indonesia menyatakan akan menyiagakan lebih banyak rumah sakit rujukan, termasuk rumah sakit milik TNI, rumah sakit milik Polri, rumah sakit milik BUMN, serta membangun tempat penanganan darurat di Wisma Atlet dan hotel-hotel.
Sosialisasi tentang virus corona

Sumber gambar, EPA
Beberapa warga di Jakarta dan Bali yang dihubungi BBC pada akhir Januari 2020 mengungkapkan belum mendapatkan sosialisasi resmi dan memadai dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengenai langkah pencegahan dan penanganan jika terjangkit virus corona.
Jakarta dan Bali adalah dua kota besar yang mayoritas dikunjungi oleh warga negara China baik untuk berwisata ataupun berbisnis.
Seorang warga Jakarta yang bernama Fuad mengatakan mengetahui virus corona dari media massa. Ia mengungkapkan belum mendengar sosialisasi dari pemerintah mengenai langkah pencegahan dan penanganan jika terjangkit virus corona.
“Jadi sementara waktu, saya dan keluarga akan menghindari tempat umum dan keramaian seperti mall karena hingga kita belum ada info pasti tentang langkah pencegahan supaya tidak terkena dan jika sudah terpapar,” kata Fuad saat dihubungi BBC Indonesia, Jumat (24/01).
Senada dengan itu, beberapa warga Bali seperti Kadek dan Wayan Martadana mengungkapkan belum mendapatkan sosialisasi resmi dari pemerintah.
“Belum (ada info dari pemerintah), tidak tahu yang lainnya. Saya tahu hanya dari berita,” kata Kadek.
Walaupun demikian, mereka tidak merasakan kekhwatiran seperti yang dirasakan Fuad.
Wayan menjelaskan saat ini situasi di Bali tetap berjalan normal, walaupun ada penurunan penyewaan mobil yang dilakukan oleh turis China di Bali.
“Belum Pak (ada sosialisasi). tidak sama sekali (khawatir),” kata Wayan.
Kematian tertinggi ada di AS
Hingga pertengahan Agustus 2020, Amerika Serikat tercatat sebagai negara dengan jumlah kematian tertinggi akibat Covid-19, yaitu lebih dari 167.000 orang, atau hampir seperempat dari kematian global, yang telah mencapai lebih dari 759.000, menurut data Johns Hopkins University.
Meski demikian, Presiden Trump menolak data ini.
Dalam wawancara dengan Fox news, Presiden Trump mengeklaim bahwa tingkat kematian akibat Covid-19 di AS adalah “salah satu yang paling rendah di dunia”.
“Ketika Anda berbicara tentang tingkat kematian, saya kira yang terjadi adalah yang sebaliknya. Saya kira, tingkat kematian kita adalah salah satu yang paling rendah di dunia.
“Apa Anda punya angkanya? Yang saya dengar adalah, tingkat kematian kita adalah salah satu yang paling rendah di dunia. Anda punya angkanya? Coba beberkan. Yang saya dengar, tingkat kematian kita adalah yang paling rendah,” kata Presiden Trump.

Sumber gambar, Reuters
